Bulan Ruwah, adalah bulan yang menjadi gerbang menuju bulan suci Romadhon. Di bulan inilah warga masyarakat Desa Dermaji selalu menjalankan Tradisi Sadranan yang diadakan setiap hari Senin dan Kamis. Seperti pada pagi hari ini (25/05/2015), warga di wilayah RT. 03 RW. 01 Desa Dermaji, mengadakan tradisi “nyadran wulan” yang di gelar di Pendopo Balai Desa Dermaji. Acara berlangsung meriah, diikuti seluruh warga RT dengan membawa aneka makanan dan “ubo rampe” lainnya untuk penghormatan kepada para leluhur.
Intinya, Upacara ritual nyadran wulan yang rutin diselenggarakan setahun sekali pada setiap hari Senin dan Kamis di Bulan Sya’ban itu merupakan ritual adat yang terdiri dari acara makan bersama. Acara makan bersama tersebut ada yang laksanakan di rumah-rumah, di mushola-mushola bahkan di Balai Desa, dengan maksud sebagai ungkapan syukur atas limpahan rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus untuk mengenang para leluhur dari masing-masing warga dan luhur para perintis desa.
Seperti di ungkapkan Ny. Tarwan bahwa “tradisi nyadran wulan ini sudah berlangsung turun temurun sejak dulu kala. Nyadran wulan diselenggarakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rejeki dan keselamatan yang telah diberikan selama ini, sehingga warga desa bisa hidup tentram dan sejahtera. Selain itu juga dimaksudkan untuk mengenang arwah para leluhur desa yang semasa hidupnya telah berjasa merintis keberadaan desa”.
Dadi acara nyadran wulan kiye semata-mata kanggo kirim donga kanggo sedulure sing wis padha seda lan nglestarikaken adat lan budhaya. Dadi ora ana tujuan njaluk ning wong sing wis padha seda. Nek arepan njaluk apa-apa ya tetep karo Gusti kang Maha Kwasa. Soale wong jaman sekiye akeh sing wis klalen karo adat lan sejarah desane” lanjut Ny. Tarwan.
Di masyarakat Desa Dermaji, nyadran wulan juga sering disebut ruwahan. Karena pelaksanaannya dilakukan pada bulan Ruwah dalam hitungan kalender Jawa. Tradisi nyadran wulan di Desa Dermaji pada umumnya merupakan acara bersih-bersih makam dan ziarah kubur pada awal bulan Sya’ban (Arab), atau Ruwah dalam kalender Jawa. Menjadi semacam kewajiban bagi warga desa untuk ziarah dengan membersihkan makam leluhur, memanjatkan doa permohonan ampun, dan tabur bunga adalah simbol bakti dan ungkapan penghormatan serta terima kasih seseorang terhadap para leluhurnya. Makna yang terkandung dalam persiapan puasa di bulan Ramadan adalah agar orang mendapatkan berkah dan ibadahnya diterima Allah. Lewat ritual nyadran wulan, masyarakat desa berusaha melakukan pendekatan kepada Alloh SWT. sebagai bentuk penyucian diri menyongsong bulan suci Romadhon.
Menurut Perangkat Desa Dermaji, Harry Haryono bahwa “ tradisi nyadran wulan memang menjadi salah satu kearifan lokal yang biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Dermaji menjelang bulan Puasa. Melalui tradisi ini, masyarakat meyakini bisa berkomunikasi dengan leluhurnya. Sebab itu, tradisi ini diakui sebagai wujud ngabekti pada leluhur yang telah meninggal. Sekaligus mendoakan para leluhur agar ditempatkan di tempat yang diridhoi oleh Alloh SWT”.
Pemeliharaan adat leluhur yang masih dilakukan oleh masyarakat desa dermaji sudah sepatutnya kita tiru. hal ini bertujuan agar kita tidak gampang melupakan tradisi yang merupakan asal-usul sejarah desa. Kalau bukan kita sebagai generasi muda yang melakukannya, siapa lagi? (Yhon Ctgl)