Bahasa Sunda pernah menjadi bahasa tutur masyarakat Dermaji. Demikian kesimpulan hasil penelitianyang dilakukan oleh Prof. Dr. Cece Sobarna, Guru Besar Linguistik Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Kesimpulan tersebut diperoleh Sobarna setelah melakukan interview langsung kepada informan asli kelahiran masyarakat Dermaji yang masih bisa menggunakan bahasa Sunda untuk berkomunikasi. Rata-rata informan usianya di atas 75 tahun.
Sobarna mengatakan, bahwa menurut informan, di Desa Dermaji bahasa Sunda pernah menjadi bahasa sehari-hari yang tidak asing, terutama di wilayah Grumbul Cireang. Tetapi kemudian semakin hilang seiring dengan diajarkannya bahasa jawa di sekolah-sekolah. Nama-nama tempat yang ada di Dermaji, seperti cireang, cukangawi, cipancur, kali cieupendeuy, kali cibrewek, citunggul dan lain sebagainya menunjukkan adanya pengaruh kuat bahasa Sunda di Desa Dermaji.
Menurut Sobarna, Bahasa Sunda di Desa Dermaji termasuk bahasa Sunda yang tidak mengenal kasar-halus. Masyarakat Dermaji menyebutnya dengan istilah bahasa Sunda “badeolan”. Beberapa kosa kata bahasa Sunda di Dermaji tidak lagi ditemukan pada pengguna bahasa Sunda yang berada di wilayah Bandung dan sekitarnya. Tetapi memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Sunda di wilayah Banten.
Cece Sobarna telah meneliti penggunaan Bahasa Sunda di Desa Dermaji sejak tahun 1989. Kemudian dilanjutkan lagi pada tahun 2010. Pada tahun 2012 ini Cece Sobarna kembali ke Desa Dermaji untuk melakukan penggalian data secara lebih mendalam. Rencananya data tersebut akan dijadikan bahan untuk Seminar Nasional Bahasa Ibu VI yang akan diselenggarakan di Universitas Udayana (Unud) Bali pada 22-23 September 2013 mendatang.
Trackback