Seperti sudah menjadi tradisi, setiap seusai sholat dan khotbah idul fitri yang dilaksanakan di Lapangan Kubang Aji Desa Dermaji, selalu disisipi acara sambutan Kepala Desa Dermaji. Tak terkecuali pada acara sholat ied tahun 2012 ini. Berikut kami tampilkan sambutan lengkap Kepala Desa Dermaji tersebut.
Assalamu’alaikum wrwb…
Sesepuh pinisepuh, para pengurus masjid dan mushola yang saya hormati. Segenap pimpinan dan anggota BPD, Perangkat Desa dan Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa yang saya hormati. Para tokoh masyarakat, tokoh wanita, tokoh pemuda yang saya hormati. Kaum muslimin dan muslimat Desa Dermaji serta jama’ah sholat idul fitri yang saya hormati pula.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh yang telah memberikan petunjuk, kekuatan, kemudahan dan keleluasaan kepada kita, sehingga kita masih bisa melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan kita sebagai hamba Alloh dan khalifah di muka bumi ini. Sebuah tugas yang sesungguhnya berat tetapi sangat mulia, yang menjadikan posisi manusia sebagai makhluk yang terhormat dibanding makhluk yang lainnya.
Pada kesempatan ini tidak lupa saya sampaikan ‘SELAMAT’ kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat Desa Demaji yang telah lulus menunaikan salah satu kewajiban sebagai umat Islam yaitu ibadah puasa. Kita berharap mudah-mudahan puasa yang sudah kita lakukan diterima oleh Alloh dan mampu memperkuat batin dan keimanan kita sehingga seusai puasa kita dapat menemukan kembali diri kita sebagai manusia yang tercerahkan dan dipenuhi dengan banyak nur kebahagiaan. Dan dengan berpuasa mudah-mudahan kita kembali kepada fitrah kita, yaitu menjadi manusia yang kembali berada dalam kesucian. Sehingga menjadi layaklah kalau hari ini kita sebut sebagai hari kemenangan.
Bagi kita umat Islam, ibadah puasa menjadi ibadah yang sangat penting dan istimewa, berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadits Qudsi “Semua amal Anak Adam dilipatgandakan. Kebaikan dilipatgandakan sepuluh sampai seratus kali, kecuali puasa, kata Tuhan. Puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang akan memberikan pahalanya”.
Sayyed Hossein Nasr, dalam bukunya: Ramadan: Motivating Believers to Action: An Interfaith Perspective, mengatakan, “Aspek paling sulit dari puasa ialah ujung pedang pengendalian diri yang diarahkan pada jiwa hewani, al-nafs al ammarah seperti disebut dalam Al-Qur’an”.
Dalam puasa, kecenderungan jiwa hewani untuk memberontak perlahan-lahan dijinakkan dan ditenangkan melalui penaklukkan kecenderungan ini secara sistematis pada kehendak Illahi. Berpuasa adalah memakai perisai kesucian dalam menghadapi nafsu duniawi. Dalam puasa, manusia diingatkan bahwa ia telah memilih Tuhan di atas hawa nafsunya.
Aktivitas puasa adalah mengendalikan bagian-bagian dalam diri fisik kita untuk melakukan pengendapan, diam, tunduk, memasuki ‘kosong’, agar berjumpa dengan ‘isi yang sejati’. Puasa menjadi metode yang paling praktis dan mendasar bagi proses pembebasan dan penyelamatan manusia atas dirinya sendiri. Meniadakan diri dan menenggelamkan diri pada Yang Maha Kuasa, itulah hakikat puasa.
Jamaah sholat Ied yang berbahagia…
Puasa dengan demikian telah memungkinkan kita untuk membangun diri pribadi yang muthmainah. Diri pribadi yang muthmainah adalah diri pribadi yang selalu mendapatkan ketaqwaan yang mendorong kepada perbuatan baik dan ihsan. Diri pribadi yang seperti ini pada hakikatnya selalu siap menghadapi tantangan perubahan zaman. Dan diri pribadi seperti ini pulalah yang sesungguhnya pada saat ini dibutuhkan dalam menggerakkan proses pembangunan di segala bidang.
Dalam konteks pembangunan, diri pribadi yang muthmainah memiliki arti yang sangat penting. Diri pribadi yang muthmainah – dengan meminjam istilah Bung Karno – bisa kita sebut sebagai bagian dari investasi mental (mental investment) dalam pembangunan. Untuk menjalankan pembangunan, kata Bung Karno, kita harus menjalankan persiapan di tiga lapangan, yaitu lapangan materiil (material investment), lapangan kecakapan (human skill investment) dan lapangan batiniah (mental investment). Dan disini dengan tegas Bung Karno mengatakan bahwa tidak ada suatu bangsa dapat berjuang hebat jikalau batinnya tidak terbuat dari nur iman yang sekuat-kuatnya.
Dari penjelasan yang saya sampaikan di atas kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa betapa pentingnya peran agama dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Agama telah meletakkan pondasi dasar berupa kerangka etik dan moral dalam pelaksanaan pembangunan. Agama telah memungkinkan pembangunan yang dilaksanakan bisa terarah menuju pada peningkatan harkat dan martabat manusia untuk menuju ketinggian peradaban.
Untuk itu pada kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat, tokoh masyarakat dan semua pihak yang telah ikut peduli terhadap kemajuan pengembangan keberagamaan dan pembangunan di Desa Dermaji. Dukungan moral, material, pemikiran ataupun kebaikan-kebaikan lain yang telah ditebarkan mudah-mudahan dapat bertumbuh subur menciptakan masyarakat Dermaji yang baldatun, toyyibatun, warobun ghofur.
Terlebih lagi, pada saat ini, kita sebagai bangsa juga tengah memperingati hari kemerdekaan yang ke 67. Hari kemerdekaan merupakan hari yang sangat bersejarah dan penuh makna. Seperti dikatakan Bung Karno, kemerdekaan tak lain dan tak bukan ialah satu jembatan, satu jembatan emas. Di seberang jembatan itulah kita sempurnakan masyarakat kita. Di seberang jembatan itulah kita memerdekakan rakyat kita. Di seberang jembatan itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita.
Mari kita isi kemerdekaan yang sudah berhasil direbut oleh para pendahulu kita dengan pengorbanan harta benda, jiwa raga itu dengan terus menerus menanam benih-benih kebaikan dalam kehidupan. Kita pupuk benih-benih itu dengan keikhlasan, sehingga dapat membuahkan berkah bagi kehidupan kita, masyarakat kita, bangsa dan negara kita.
Jama’ah sholat Ied yang saya hormati…
Pada kesempatan yang berbahagia ini tidak lupa juga saya sampaikan selamat datang kepada para pemudik, di kampung halaman tercinta, Desa Dermaji. Tentu saja saat-saat ini menjadi saat yang membahagiakan buat para pemudik karena bisa berkumpul kembali, melepaskan rindu dengan keluarga, sanak saudara, handai taulan dan sahabat. Saat-saat seperti ini selalu menjadi saat-saat yang penuh makna. Saat-saat dimana kita bisa merasakan hikmah silaturahmi.
Aktivitas bersilaturahmi dan saling maaf memaafkan pada hakikatnya menunjukkan upaya untuk senantiasa menjaga kedamaian kehidupan bermasyarakat agar selalu dalam tali ukuwah. Dengan bersilaturahmi dan saling maaf memaafkan, kita berharap dapat mengurangi beban kemanusiaan kita. Dengan bersilaturahmi dan saling maaf memaafkan kita berharap dapat memperbarui spiritualitas kita. Dengan silaturahmi dan saling maaf memaafkan kita berharap dapat membersihkan hati kita, mensucikan hati kita yang penuh dengan kesalahan dan kekhilafan terhadap sesamanya, sehingga hati kita bisa kembali bersih tercerahkan sekaligus dapat menumbuhkan kekuatan baru untuk mengarungi kehidupan ke depan.
Kaum muslimin dan muslimat Desa Dermaji yang saya hormati…
Untuk mengakhiri sambutan ini, perkenankan dengan penuh kerendahan hati, saya secara pribadi, keluarga maupun kedinasan menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya kepada seluruh warga masyarakat Desa Dermaji. Apabila selama bergaul ada lisan yang tak terjaga dengan baik sehingga menyakiti, ada sikap yang membuat tak berkenan sehingga menggores hati ataupun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat banyak kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf yang setulus-tulusnya. Mudah-mudahan dengan saling maaf memaafkan di hari ini, hilanglah seluruh beban kemanusiaan kita dan kita bisa menyambut hari depan dengan penuh senyuman dan kebahagiaan. Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1433 Hijriah. Taqobalallohu mina waminkum. Minal ‘aidzin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin. SEKIAN…
Wassalamu’alaikum wr.wb...