Bagaimana menulis berita yang menarik sehingga bisa menjadi opini publik yang dapat memengaruhi kebijakan publik menjadi salah satu tema diskusi pada acara Lokakarya Gerakan Desa Membangun (Lokakarya GDM) yang diadakan di Desa Dawuhan Banyumas Kecamatan Banyumas pada 13-14 Juli 2012.
Selama ini pembentukan opini publik untuk memengaruhi kebijakan publik masih dianggap menjadi domainnya kelas menengah. Kelas menengah adalah sekelompok orang yang berada pada lapisan sosial tertentu yang memiliki ciri-ciri mapan, terpelajar dan sebagian besar mereka tinggal di perkotaan. Mereka bisa saja sebagai kaum akademisi, kaum cendekiawan, aktivis LSM, intelektual, tokoh-tokoh politik, para pengusaha muda, aktivis kebudayaan dan sebagainya.
Kelas menengah ini biasanya sangat diperhitungkan dalam proses pembuatan kebijakan. Mereka seringkali begitu cepat merespon isu-isu publik dan mereka mampu menjadikannya sebagai opini publik yang dapat digunakan untuk memengaruhi kebijakan publik. Namun karena mereka tinggal di perkotaan, isu-isu yang diangkat biasanya lebih banyak isu-isu perkotaan ataupun terkait dengan soal kekuasaan. Kasus Hamzah-Bibit versus Mabes Polri atau lebih dikenal sebagai kasus ‘Cicak versus Buaya’ serta kasus Prita Mulyasari versus Rumah Sakit Omni Internasional, misalnya, bisa mendapat perhatian publik yang besar dan mampu memengaruhi kebijakan publik setelah kasus tersebut banyak diangkat dan didukung oleh kelas menengah melalui jejaring sosial.
Lalu bagaimana dengan isu-isu perdesaan? Dapatkah isu-isu perdesaan diangkat menjadi opini publik yang dapat memengaruhi kebijakan publik? Para peserta diskusi sepakat bahwa pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan kemungkinan lebih besar untuk mengangkat isu-isu perdesaan menjadi opini publik yang dapat memengaruhi kebijakan publik. Apalagi desa-desa dalam jejaring GDM ini sudah tidak asing lagi dengan dunia TIK, baik website desa maupun jejaring sosial facebook dan twitter. Mereka sudah terbiasa menulis berita di website desa dan mampu membangun jejaring serta berkomunikasi melalui facebook maupun twitter.
Yossy Suparyo, fasilitator diskusi yang juga Pimpinan Redaksi Portal Desa Gentasari, memberikan beberapa tips agar berita desa yang ditulis menarik dan ‘seksi’ sehingga dapat menggugah pembacanya. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah kaidah-kaidah dalam penulisan berita. Menurut Yossy, kaidah pertama, buatlah tulisan seringkas mungkin (keep it short and simple), sehingga pembaca mudah menangkap pesan dari tulisan tersebut. Kemudian kaidah kedua, gunakan aturan tata bahasa yang baku. Penggunaan tata bahasa yang baku ini penting karena menyangkut mutu bahasa tulisan dan dapat meningkatkan kepercayaan pembacanya. Selanjutnya pilihan tema atau isu serta sudut pandang tulisan juga harus diperhatikan.
Selain dari sisi isi tulisan, strategi lain yang bisa dilakukan agar isu-isu perdesaan bisa menjadi opini publik yang dapat memengaruhi kebijakan publik adalah dengan memanfaatkan peranan ‘perantara’ atau buzzer. Buzzer adalah orang yang bisa ‘dimanfaatkan’ untuk mendengungkan atau menyuarakan isu-isu perdesaan. Mengingat peranan kelas menengah yang cukup penting, buzzer dari kelas menengah sangat diperlukan.
Selain diskusi tentang penulisan berita, dalam lokakarya tersebut juga diisi dengan beberapa diskusi lain dengan tema-tema tertentu. Ada diskusi tentang tata kelola sumberdaya desa, kebijakan pemberdayaan telematika perdesaan, desa global: peluang dan hambatan. Untuk meningkatkan kecakapan peserta dalam pemanfaatan TIK, diberikan beberapa materi pendalaman seperti panduan mengelola website desa, penggunaan TIK open source di dunia perdesaan, instalasi dan problem shotting BlankOn Linux, resep jitu mengelola portal, dan pemanfaatan social media. Dalam GDM, lokakarya menjadi ruang untuk belajar dan saling berbagi.
Lokakarya GDM V di Desa Dawuhan menjadi semakin “greget” dengan dilakukannya pelantikan Relawan Desa Melek IT (information technology) atau disingkat Relawan DeMIT. Pelantikan dilakukan oleh Koordinator TIK, Indriyatno Banyumurti dan perwakilan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo), Bambang Tri Sasongko, dengan pemasangan PIN terhadap 20 Relawan DeMIT di Pendopo Kalibening. Relawan DeMIT ini selanjutnya yang akan mendorong penerapan TIK Perdesaan, sehingga masyarakat desa menjadi melek teknologi.
Suasana lain terasa di Lokakarya GDM V dengan dilaksanakannya acara “Nyadran 2.0”. Nyadran merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa khususnya, menjelang datangnya Bulan Ramadan. Biasanya acara nyadran didahului dengan berziarah ke makam leluhur dan selanjutnya pada malam harinya dilakukan doa bersama atau slametan.
Acara nyadran pada Lokakarya GDM V, diawali dengan berziarah ke Makam Mbah Kalibening atau disebut juga Syekh Sayid Abdullah Faqih. Syekh Sayid Abdullah Faqih adalah salah satu leluhur Banyumas yang berjasa dalam penyebaran Agama Islam di Banyumas. Ziarah dilakukan pada sore hari setelah waktu Ashar. Para peserta berziarah dengan menggunakan pakaian adat. Sebelum berziarah para peserta terlebih dahulu mengambil air wudlu di sumur pasucen. Sumur pasucen adalah sumur dengan diameter sekitar 3 meter dan kedalaman 4 meter. Sumur ini adalah sumber mata air pertama yang ditemukan oleh Mbah Kalibening di Desa Dawuhan setelah beliau menancapkan tongkatnya. Sumur pasucen memiliki air yang sangat bening dan terasa menyegarkan ketika diminum.
Setelah berziarah, di malam harinya dilakukan tumpengan atau slametan di Pendopo Kalibening. Menurut Geertz (1989), slametan merupakan pesta komunal masyarakat Jawa. Slametan melambangkan kesatuan mistis dan sosial. Dalam suatu slametan setiap orang diperlakukan sama. Hasilnya adalah tak seorangpun merasa berbeda dari yang lain, tak seorang pun merasa lebih rendah dari yang lain, dan tak seorang pun punya keinginan untuk memencilkan diri dari orang lain. Demikian juga dengan slametan yang dilakukan di Pendopo Kalibening. Para peserta merasakan adanya kesatuan dan keterhubungan antara satu dengan yang lainnya meskipun berasal dari wilayah yang berbeda.
Lokakarya GDM V di Desa Dawuhan diikuti oleh kurang lebih 100 peserta dari desa-desa yang berasal dari wilayah Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Ciamis, Majalengka, dan Yogyakarta. Disamping peserta dari desa, hadir juga Blogger Banyumas, mahasiswa LPK Pratama Purwokerto, dan Anggota DPR RI Budiman Sudjatmiko. Acara lokakarya dipenuhi dengan suasana akrab penuh kebersamaan serta semangat saling berbagi dan belajar.